namun melalui perjanjian giyanti tahun 1755 yang diselenggarakan belanda untuk menghentikan perang saudara, kerajaan mataram dipecah menjadi kerajaan surakar t a dan ngayogyakarta. melalui perjanjian salatiga, yang juga diselenggarakan belanda pada tahun 1757, kerajaan surakarta dipecah lagi jadi kasunanan dan mangkunegaran. sampai kini kota solo tetap menjadi tempat kedudukan bagi kedua kerajaan itu.
sebagai kota tua dan pusat kebudayaan tradisional jawa, selain dua istana raja, kota solo banyak memiliki tempat yang bisa kamu kunjungi apalagi kalo kamu menyukai wisata sejarah dan budaya seperti saya. beberapa upacara tradisional dan festival kebudayaan jadi acara tahunan yang sayang kalo dilewatkan.
dengan penataan kotanya yang menjadikan kraton surakarta sebagai pusat kota dan pemerintahan, fasilitas kota dan permukiman diatur mengelilingi kraton. kampung-kampung penduduk ditata sesuai kelompok ras, status sosial, profesi atau berdasar kondisi setempat. sebagai contoh adalah 3 kampung yang letaknya sangat dekat dengan kehidupan kraton, yaitu kampung baluwarti yang dulu hanya dihuni oleh para kerabat dekat raja dengan abdi dalemnya, kampung kauman yang dihuni oleh para ahli agama kepercayaan raja serta kampung kemlayan yang dulunya hanya dihuni oleh para seniman yang bertugas menghibur raja. meskipun kini kehidupan kampung-kampung tersebut tidak sekental dulu tapi kita masih bisa melihat jejak sisa-sisa cara kehidupan mereka.
menurut saya, kalo ingin melihat kehidupan suatu kota datanglah ke pasarnya, pasar merupakan budaya sosial yang paling tua karena disanalah berbagai macam orang bertemu untuk berbagai macam tujuan. manusia membutuhkan pasar ketika pertama kali menyadari bahwa dia adalah mahluk sosial yang butuh manusia lain untuk hidup atau saling bertukar kebutuhan. setidaknya untuk pasar-pasar di daerah, orang tidak hanya datang untuk membeli dan menjual, ini saya sadari betul kalo menemani mbah putri saya ke pasar, acara beli membeli jadi 2x lebih lama karena beliau selalu ngobrol dengan penjualnya atau bahkan dengan pembeli yang lain yang kemudian saya tahu kalau mereka adalah teman lama... see... jadi pasar bagi mbah saya seperti tempat silaturahmi yang efektif kan?
pasar triwindu, oleh masyarakat solo sendiri sering juga disebut pasar klithikan ato pasar barang bekas, yang dimaksud barang bekas di pasar ini adalah barang2 antik yang selalu diburu sama wisatawan domestik ato mancanegara. letaknya dekat dengan istana mangkunegaran, hanya saja agak sulit menemukan pasar ini karena entrancenya tenggelam dengan iklan-iklan dan toko-toko di sekitarnya. yang dijual di pasar ini ga kalah lengkap dari pasar barang antik di kota lain, ada batik kuno, mata uang kuno, lukisan kuno, aksesoris kuno, arca kuno pokonya segala macem benda yang tinggal kamu tambahin kata kuno di belakangnya.
di pasar triwindu ini juga ada soto daging yang terkenal banget enaknya, coba deh tanya sama tukang becak ato penjual di triwindu pasti akan menunjuk ke sebuah warung soto yang letaknya agak di belakang pasar tapi sayangnya saya lupa namanya... mang enak si tapi buat ukuran saya kala itu yang masih jadi mahasiswa satu mangkok soto seharga 10ribu rupiah blom termasuk minum ya terasa mahal apalagi saya biasa makan soto di warung bu sum seharga 2ribu5ratus rupiah saja.
banyak yang bilang solo piawai menciptakan nostalgia, dan nostalgia itu yang akan dikenang sepanjang masa. kayanya ungkapan itu ada benernya karena sepertinya saya sedang merasakannya. di solo banyak terdapat hotel, dari bintang 1 sampe bintang 5 ada. dari yang harga 50ribu sampe 500ribu permalem tersedia, tapi buat kamu yang mau melengkapi wisata sejarah budaya ini kamu mesti mampir atau mungkin nginep di roemahkoe.
roemahkoe merupakan salah satu bangunan kuno milik saudagar batik yang terletak di dekat kampung batik laweyan. meskipun bangunan yang dibangun pada tahun 1938 ini tidak dibangun oleh orang belanda asli, namun gaya arsitekturnya memiliki ciri arsitektur kolonial yang kuat.
roemahkoe terletak di jalan dr. radjiman 501 laweyan solo
pemanfaatannya kembali sebagai hotel boutique merupakan sebagai salah satu upaya untuk mengkonservasi dan merevitalisasi cagar budaya berupa bangunan selain untuk mempertahankan nilai tradisi bangsawan tempo dulu. kebanyakan pengunjungnya sendiri berasal dari warga belanda yang dahulu pernah tinggal lama di indonesia atau ekspatriat yang ingin bernostalgia di solo.
interior ruang makan dan kamar standar di roemahkoe bed and breakfast
hemmm.. melihat roemahkoe mampu hadir dengan keunikannya sendiri yang membawa suasana tradisi bangsawan tempo dulu sekaligus mampu bersaing dengan hotel-hotel berbintang di kota solo, saya jadi teringat salah satu bangunan kuno yang tidak kalah menariknya dengan roemahkoe ini. hanya saja keadaannya berbeda 180 derajat. rumah bekas pembesar belanda ini masih dalam keadaan yang terbengkalai. dilihat dari letaknya, rumah ini jauh lebih strategis karena terletak di kawasan purwosari yang merupakan gerbang masuk kota solo. sedangkan dari segi luasan dan tampilan, rumah ini juga tidak kalah menarik dengan roemahkoe, setelah melewati proses revitalisasi dan renovasi tentunya....
haha!! butuh waktu berapa lama neh buat beli rumah ini soalnya denger2 harga jualnya sampe 12 milyar, huhuhu....
No comments:
Post a Comment